Senin, 29 Mei 2017

Simpati versus Empati ?

                "Apa Bedanya Simpati dan Empati?"
Empati adalah kemampuan seseorang untuk mengerti tentang perasaan dan emosi orang lain serta kemampuan seseorang untuk membayangkan diri sendiri di tempat orang lain atau merasakan apa yang dialami oleh orang lain. Kemampuan untuk empati mulai dapat dimiliki seseorang ketika menduduki masa kanak-kanak, dengan demikian dapat dikatakan bahwa semua individu memiliki dasar kemampuan untuk dapat berempati, hanya saja berbeda tingkat kedalaman dan cara mengaktualisasikannya. Pada dasarnya empati hampir mirip dengan simpati, tetapi di mata saya empati adalah sesuatu yang jauh lebih berharga dibandingkan dengan simpati. Selain itu Empati merupakan salah satu kunci keberhasilan dalam melakukan hubungan antar pribadi dengan coba memahami suatu permasalahan dari sudut pandang atau perasaan lawan bicara. Melalui empati, individu akan mampu mengembangkan pemahaman yang mendalam mengenai suatu permasalahan. Memahami orang lain akan mendorong antar individu saling berbagi. Empati merupakan kunci pengembangan leadership dalam diri individu. 
Dunia yang semakin global dan ekonomi pasar yang penuh dengan persaingan ketat membuat tenggang rasa dan empati sosial masyarakat semakin rendah. Itu kenapa seringkali terjadi konflik sosial di masyarakat. Salah satu upaya yang dapat mencegah meluasnya dan meminimalkan dampak negatif dari globalisasi adalah mensosialisasikan rasa empati sejak dini. Keluarga adalah struktur sosial terkecil yang mampu membentengi patologi sosial yang terus menggejala khususnya masyarakat Indonesia. Lalu apa bedanya dengan simpati? Contoh sederhananya adalah seperti ini: Ketika kita mendengar kabar kurang menyenangkan seperti salah seorang teman yang sedang sakit, maka orang yang bersimpati akan mengirimkan text ke teman “Cepat sembuh yah.. banyak istirahat kamu” tetapi bagi orang yang berempati adalah mengambil sikap datang langsung menjeguk melihat keadaan kerabat yang sedang terbaring sakit. Contoh sederhananya adalah seperti itu, dimana empati lebih mendepankan perasaan dan kekuatan emosional seseorang yang juga ikut merasakan apa yang telah dirasakan orang lain.
Di Era modern saat ini memang membuat kita lebih memilih jalan pintas, kita lebih memilih mengupdate "gws yah.." ketimbang datang untuk menjengung langsung. Salah? Tentu tidak. Hanya saja jika kita masih sempat melihat keadaan kerabat kita sesibuk apapun itu, tentu akan jauh lebih baik. Hal ini juga akan membangun tali silaturahmi yang jauh lebih baik antar  sesama.
"Manusia adalah makhluk yang tercipta atas jutaan emosi dan ekspresi. Diantara jutaan emosi dan ekspresi itu, terselip empati di dalamnya. Semua manusia memiliki empati untuk merasakan dan berbagi. Ya, semua, namun hanya sedikit yang berani menunjukkannya. Ketika kamu sudah berani untuk berempati, disitulah kamu membagi hidupmu untuk jadi berkat untuk orang lain. Empati menjadikanmu manusia sesungguhnya (Anonim)"